smile because you

smile because you

Jumat, 15 April 2011

BAB I
PENDAHULUAN

Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim, lalu apa sebenarnya tujuan kita menuntut ilmu. Salah satu tujuan pendidikan islam adalah menjadikan seorang bertaqwa dan berakhlak mulia. Hal ini sesuai dengan tujuan nasional pendidikan Negara kita, dimana tujuan pendidikannya adalah menciptakan manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Lalu bagaimana islam memandang tujuan pendidikan ini? Disini kami kami akan membahas tentang tujuan pendidikan dan para ulama sebagai tonggak pendidikan.
Tujuan pendidikan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bertakwa kepada Allah dan menggauli manusia dengan akhlak yang mulia. Mengapa hal ini disebutkan oleh Rasulullah secara beriringan, jika kita mengkaji lebih mendalam tentang makna tersirat dari dua hal yang seiringan ini seyoigyanya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa, kita tidak boleh mementingkan akhirat saja, kita harus bersosialisasi dengan lingkungan kita dengan baik. Hablumminannas harus lah kita jaga, sehingga hablumminaallah kita akan semakin baik.
Dalam pendidikan tidak terlepas dari seorang guru atau ulama, yang mengarahkan kita untuk berjalan dikoridor yang benar sehingga tercapai insan yang bertakwa kepada Allah dimanapun berada, dan insan yang bergaul dengan akhlak mulia dengan sesama insan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. HADIS PERTAMA
1. Sanad dan Matan Hadis
حدثنامحمودبن يشارحدثناعبدالرحمن بن مهدى حدثناابوسفيان عن حبيب ابن ابي ثابت عن ميموان بن ابي شبيب عن ابي ذرقال: قال رسول الله ص م: اتق الله حيثما كنت واتبع السية الحسنة تمحوها وخا لق الناس بخلق حسن (رواه ابو داود)
2. Arti Kata-kata
Bertakwalah kepada Allah اتقي الله
Dimanapun kamu berada حيثماكنت
Iringilah keburukan dengan kebaikan واتبع
Menghapuskan تمحها
Perlakukanlah manusia وخالق الناس
Dengan akhlak yang baik بخلق حسن

3. Terjemahan
Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdir Rahman Mu’adz bin Jabal ra, dari Raullullah SAW, beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebaikan maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang mulia.”(H.R at-Tirmidzi, dan ia berkata hadist hasan, dan disebagian kitab disebutkan sebagai hadist hasan shahih).

4. Analisis Kualitas Sanad dan Matan
a. Hadist ini hasan shahih yang dihasankan oleh al-Albani dalam shahih al-Jami’.
b. Imam Ibnu Daqiq berkata;”manaqib Abu Dzar sangat banyak”.


5. Asbab al- Wurud Hadis

Dalam Al Shahihain disebutkan bahwa Ibnu ‘Abbas telah meriwayatkan: Ketika Abu Dzar menyatakan keislamannya di Mekah, Rasulullah SAW bersabda kepadanya: “Kebenaran bagi kaum mu dengan harapan semoga Allah SWT memberi mamfaat kepada mereka”.Ketika beliau melihat betapa Abu Dzar berkeinginan tinggal bersamanya dimekah, maka Rassulullah SAW memberitahukan ketidakmungkian nya, namun beliau berpesan sesuai dengan hadist di atas,”Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada….dan seterusnya”.

6. Kandungan Hadis
Sabdanya, Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada.Yakni, bertakwalah kepada Allah dalam sepi sebagaimana kamu bertakwa kepadaNya dalam keramaian,sebab kamu tidak bertakwa kepada Allah ditempat dimana orang-orang melihatmu, sedangkan kamu tidak bertakwa kepadaNya di tempat dimana tiada seorang pun melihatmu, sesungguhya Allah melihat kamu dimanapun kamu berada, maka bertakwalah kepadaNya dimanapun kamu berada .Salah satu perkara yang membantu untuk bertakwa ialah menghadirkan perasaan bahwa Allah SWT melihat hambaNya disegala keadaannya.Allah berfirman:
“Tiada pembicaran rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya.”(Al-Mujadalah: 7).
Takwa adalah istilah tentang melaksanakan segala kewajiban dan meninggalkan segala larangan.Sabdanya”Iringilah keburukan dengan kebaikan maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu)”.Maksudnya, apabila kamu melakukan kesalahan maka minta ampunlah kepada Allah dan berbuatlah kebajikan niscaya akan menghapuskannya.
Hadist ini menyatakan bahwa satu kebaikan akan menghapuskan satu keburukan secara mutlak,sedangkan keburukan yang dimaksudkan ialah keburukan yang bertalian dengan hak Allah SWT.Adapun keburukan yang bertalian dengan hak hamba sepeerti ghashab,ghibah dan namimah, maka tidak dihapuskan kecuali setelah meminta permohonan maaf dari hamba tersebut.
Di antara kebaikan yang dapat menolak keburukan ialah memaafkan kesalahan orang lain, berbuat baik kepada makhluk dari kalangan manusia dan selainnya, melapangkan kesempitan, memudahkan kesulitan, menghilangkan kerugian dan keberatan dari semua makhluk.Allah berfirman: “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) peerbuatan-perbuatan yang buruk.” (Hud: 114)
Termasuk perkara yang dengannya Allah menghapuskan kesalahan – kesalahan, ialah berbagai musibah.Sebab, tidak lah musibah yang menimpa seseorang Mukmin melainkan Allah menghapuskan berbagai kesalahan dengan nya.
Kemudian, setelah menyebutkan hak Allah yaitu perintah supaya bertakwa yang mencakup keyakinan-keyakinan agama dan amalan-amalan yang batin dan zahir, beliau bersabda, “Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik”.Ketahuilah bahwa al-khulq al-hasan adalah kamu tidak menyakiti orang lain dalam bentuk apapun, dan kamu memaafkan berbagai keburukan serta gangguan mereka terhadapmu, kemudian kamu memperlakukan mereka dengan baik,baik ucapan maupun perbuatan.Nabi SAW bersabda,”Sesungguhnya kalian tidak akan (dapat) melapangkan manusia dengan harta kalian, mka lapangkan mereka dengan wajah ceria dan akhlak mulia.”
Perkara yang paling khusus dengan akhlak mulia, ialah santun terhadap manusia,bersabar tehadap mereka, tidak marah terhadap mereka , berwajah ceria, berkata yang lemah lembut bersenda gurau jika ada kemashalahatannya kadangkala menjadi baik.
Diantara akhlak yang baik ialah kamu memperlakukan setiap orang dengan apa yang layak baginya dan sesuai dengan keadaannya, serta kebaikan didalam mencari ilmu.
Dalam hadist ini pun terkandung tentang tujuan pendidikan,yang mana tema pendidikan secara implisit terdapat pada wahyu pertama yang diturunkan yaitu surah Al-Alaq.
Tujuan pendidikan menurut pandangan Al-Ghazali adalah:
• Mendekatkan diri kepada Allah
• Menggali dan mengembangkan potensi
• Mewujudkan profesionalisasi manusia
• Membentukmanusia yang berakhlak mulia
• Mengembangkan sifat manusia yag utama.

Dan bagi al-Faruqi mengatakan bahwa seluruh pengetahuan mengenai individu, kelompok, alam, agama atau sains, harus kita susun kembali berdasarkan prinsip tauhid,seluruh pengetahuan objektif mengenai dunia berarti pengetahuan tentang kehendak Nya.Manusia harus mematuhi perintah,memnuhi tujuan agamaNya jika ingin mengenyam kenikmatan dan kebahagiaan.
Pendidikan islam merupakan upaya sadar, terstruktur, terprogram dan sistematis yang bertujuan untuk membentuk manusia yang berkarrakter islami:
1. Berkepribadian islam
2. Menguassai perangkat ilmu dan pengetahuan islam.
3. Menguasai ilmu kehidupan.
4. Memiliki keterampilan yang memadai.
Tujuan pendidikan islam dengan jelas mengarah kepada terbentuknya insan kamil yang berkepribadian muslim, perwujudan manusia seutuhnya,takwa cerdas, baik budi pekertinya, terampil, kuat kepribadian, barguna bagi diri sendiri, agama, keluarga, masyarakat,dan Negara.ia menjadi khalifah fil ardi yang cakap.
Banyak sekali pendapat-pendapat para ahli pendidikan agama islam,seperti:
1. Menurut al-Ghazali,bahwa tujuan utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah dan kesempurnaan insan yang tujuannya kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. Menurut Ibnu Khaldun,membagi tujuan pendidikan agama islam kepada agama yaitu beramal untuk akhirat, sehingga ia menemui Allah SWT serta telah menunaikan hak-hak Allah yang diwajibkan kepadanya.
3. Menurut Al-Jamali, merumuskan tujuan pendidikan islam adalah mengenalkan manusia akan perananya diantara sesame dan tanggung jawab pribadinya didalam hidup ini.


Adapun aspek-aspek tujuan dalam pendidikan islaam itu meliputi:
a) Jasmaniah
Untuk membentuk manusia muslim yang sehat dan kuat jasmaninya serta memiliki keterampilan yang tinggi. Hal ini ditegaskan dengan sabda Rasullullah,”orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih disayangi oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah”.
b) Rohaniah
Untuk menghubungkan antara mnusia dengan Allah SWT , yang berkaitan dengan kemampuan manusia menerima agama islam yang inti ajarannya adalh keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT.

c) Akal
Untuk mengembangkan intelegensia atau kecerdasan yang berada dalam otak,sehingga mampu menganalisis fenomena-fenomena ciptaan Allah di jagat raya.
d) Sosial
Untuk membentuk kepribadian yang utuh dari roh tubuh dan akal,yang mana tercermin sebagai manusia yang hidup pada lingkungan masyarakat yang plural.
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan memperlakukan manusia menurut perbedaan tingkatan mereka dengan akhlak yang baik, maka ia telah mendapat kan kebaikan seluruhnya.Karena ia telah menunaikan hak Allah dan hak-hak hamba, serta karena ia termasuk orang-orang yang berbuat kebajikan dalam beribadah kepada Allah dan berbuat baik kapada hamba-hambaNya.
B. HADIS KEDUA
1. Sanad dan Matan Hadis
حدثناهارون بن اسحاق المهدانى حدثنا عبدة بن سليمان عن هشام بن عروة عن ابيه عن عبد الله بن عمرو بن العاص قال: قال رسول الله ص.م: ان الله لايقبض العلم انتزاعا ينتزعه من الناس ولكن يقبض العلم يقبض العلماء ,حتى اذالم يترك عالمااتخذالناس
(رواه البخارى و مسلم و الترمذى و ابن ماجه)

2. Arti Kata-kata
Tidak Mengambil لايقبض
Mencabutnya ينتزعه
Dari manusia من الناس


3. Terjemahan
Harun bin Ishaq al-mahdani telah menymapaikan berita kepada kami dimana ia menuturkan bahwa abdu bin Sulaiman telah menyampaikan berita kepadaku yang bersumber dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya (Zubair) dari Abdullah bin Amru bin Ash dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan cara mencabutnya dari manusia.Akan tetapi, Allah mengambil ilmu dengan cara mencabut (nyawa) para ulama.Sehingga, jika Allah tidak menyisakan orang alim , maka manusia akan menjadiklan orang bodoh menjadi pemimpin mereka.Ketika mereka ditanya, maka mereka mengeluarkan fatwa tanpa didasaari ilmu.Mereka sesat dan menyesatkan (orang lain).”(H.R al- Bukhari ,Muslim, al-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

4. Analisia Sanad dan Matan
a. Abu Isa berkata “Hadist ini hasan shahih”, Az-Zuhri eriwayatkan hadist ini dari Urwah, dari Abdullah bin Amru, dari Urwah, dari Aisyah, dari Rasullullah dengan hadist yang sama.
b. Diriwayatkan pula dari Muawiyah bin Shalih dengan hadsit yang sama,sebagian dari mereka meriwayatkan hadist ini dari Abddurahman bin Jubair bin Nufair, dari ayahnya, dari Auf bin Malik, dari Rasullullah.

5. Asbab al-Wurud hadis
Dari pencarian asbab al-Wurud hadis ini,kami tidak menemukan nya.

6. Kandungan hadis
Secara istilah kata ulama mengacu kepada orang dengan spesifikasi penguasaan ilmu-ilmu syariah dengan semua rinciannya. Al-qur’an memberikan gambaran tentang ketinggian derajat para ulama,firman Allah:”Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberikan ilmu (ulama) beberapa derajat” (al-Mujadalah).
Di dalam kitab Ilhya’u Ulumuddin karya imam al Ghazali di sabutkan bahwa manusia yang paling dekat derajatnya dengan derajat para nabi adalh ahlul-ilmi( ulama) dan ahlul-jihad(muhajidin). Karna ulama adalh orang yang menunjukan manusia kepada ajaran yang dibawa oleh rasul, sedangkan mujahid adalh orang yang berjuang dengan pedangnya untuk membela apa yang diajarkan oleh para rasul.



Di zaman sekarang ini, nyaris kita tidak lagi mendapatkan ulama dengan penguasaan di berbagai disiplin ilmu syariah,tetapi hanya di beberapa cabang bidang ilmu saja., dan terkadang makna ulama disamakan dengan makna penceramah, padahal mereka masing-masing memiliki perbedaan yang mendasar. Adapun ilmu-ilmu yang harus dikuasai oleh ulama yaitu
• Ilmu yang terkait dengan Al qur’an
• Ilmu yang terkait dengan hadist nabawi
• Ilmu yang terkait dnegan masalah fiqih dan ushulfiqih
• Ilmu yang terkait dengan bahasa arab
• Ilmu yang terkait dengan sejarah.
• Ilmu kontemporer.
Maka di zaman sekarang ini seharusnya para ulama dari berbagai latar belakang keilmuwan yang berbeda perlu duduk dalam satu majelis agar mereka bisa melahirkan ijtihad jama’I mengingat ilmu mereka saat ini sangat terbatas yang mana ilmu pengetahuan berkembang terus.




BAB III
KESIMPULAN

Takwa yaitu membuat perlindungan dari azab Allah, dengan mel;akukan perintah-perintah Nya dan menjauhi larangan-larangan Nya Dan kita sebagai hambaNya wajib untuk selalu bertakwa kepada AAllah dimanpun kita berada dan dengan situasi dan kondisi seperti apapun.
Dengan begitu dapat mengiringinya dengan perbuatan-perbuatan kebajikan yang mana kebajikan itu dapat menghapuskan dan menghilangkan keburukan hingga keseluruhan, jika kebaikan itu adalah taubat. Karena taubat menghancurkan dosa-dosa sebelumnya. Adapun kebaikan selain taubat yaitu manusia melakukan perbuatan buruk kemudian melakukan amalan shalih, maka ini dengan penimbangan. Jika perbuatan baik itu lebih berat di bandingkan keburukan, maka pengaruhnya hilang, sebagaimana FirmanNya:
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikitpun.Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun passti mendatangkan (pahala)nya.Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat Perhitungan.” (Al-Anbiya: 47)
Kebajikan yang lain adalah memperlakukan manusia dengan akhlak yang mulia dengan ucapan dan perbuatan. Perintah ini bisa menunjukan kewajiban,dan bisa juga menunjukan anjuran.
Tujuan pendidikan islam dengan jelas mengarah kepada terbentuknya insan kamil yang berkepribadian muslim, perwujudan manusia seutuhnya,takwa cerdas, baik budi pekertinya, terampil, kuat kepribadian, barguna bagi diri sendiri, agama, keluarga, masyarakat,dan Negara.ia menjadi khalifah fil ardi yang cakap.
Penceramah berbeda dengan ulama, penceramah sekedar orang yang pandai berpidato menarik massa, punya daya pikat tersendiri ketika tampil di publik, sedangkan ulama lebih mengacu kepada orang dengan spesifikasi penguasaan ilmu-ilmu syariah dengan segala rinciannya.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiah,Dra. 2010. Hadis Tarbawi (Pendidikan Islam Tinjauan Hadis Nabi). Pekanbaru: Al-Mujtahadah Press
Al-Huwaithi,Sayyid bin Ibrahim. 2006. Syarah Arbain An-Nawawi. Jakarta: Darul Haq
Al-Albani,Muhammad Nashiruddin. 2007. Shahih Sunan Tirmidzi Buku 3 . Jakarta. Buku Islam Rahmatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar